Rabu, 19 Januari 2011

Komunikasi Penyiaran Dakwah Melalui Media Elektronik

Pendahuluan
Media elektronik adalah salah satu media yang dapat dijadikan sarana atau media dalam berlangsungnya proses komunikasi. Keberadaan media elektronik terus berkembang. Bahkan kini telah banyak televisi-televisi atau radio-radio suasta. Itu artinya, media elektronik mengalami perkembangan yang cukup segnifikan, walaupun baru hanya pada magsa pasar lokal.
Dengan makin pesatnya perkembangan media elektronik, ada pula dampak yang ditimbulkannya. Karena ada pula yang kurang memperhatikan dari sisi kualitas output dari media itu sendiri. Padahal idealnya media berposisi sebagai ruang publik dan bisa menjadi media yang bisa mencerdaskan dan memberikan informasi terkini kepada khalayak.
Melihat realita yang terjadi pada media elektronik saat ini sudah sangat jauh dari awal mula lahirnya media ini. Dahulu kita berpikir bahwa media elektronik seperti radio dan televisi merupakan wadah tontonan hiburan semata.
Realitas yang melanda media elektronik saat ini terasa sangat disayangkan. Karena kita tahu bahwa fungsi dari media elektronik itu sendiri adalah untuk menyebarkan informasi yang actual, fakta dan nyata kepada masyarakat. Selain itu juga sebagai sarana atau wadah penampung opini publik atas permasalahan atau isu-isu hangat yang marak saat ini, dan sebagai wadah yang selalu menempatkan dirinya sebagai wadah independen atas isu tersebut.
Dari fungsinya tersebut, jika dibandingkan dengan kenyataan saat ini, fungsi tersebut sudah mulai bergeser dengan banyaknya tayangan yang kurang mendidik dan tidak sesuai dengan banlanceing atau porsi antara informasi dan hiburannya.
Komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik ini sendiri pada esensinya memberikan solusi praktis terhadap masalah-masalah yang ada di ruang lingkup baik media elektronik maupun cetak.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang komunikasi penyiaran dakwah  melalui media elektronik, akan dibahas lebih rinci mengenai pemaknaan komunikasi penyiaran dakwah dan kaitannya dengan media elektronik itu sendiri.


Pembahasan
Berbicara mengenai komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik adalah salah satu bentuk formulasi dakwah yang efektif di masa kini. Namun patut diperhatikan, media elektronik memang memiliki jangkauan yang luas untuk kita menyiarkan dakwah, akan tetapi formulasi dakwah ini bisa saja tidak efektif apabila jalinan komunikasi di dalamnya tidak sesuai dengan keinginan khalayak ramai.
Oleh karena itu, sebelum kita menginjak lebih jauh untuk menerawang jauh tentang efektifitas media elektronik sebagai formulasi dakwah, sebelumnya kita akan mengkaji dahulu apa itu komunikasi, dan bagaimana komunikasi yang baik itu.
Komunikasi bersala dari kata bahasa Latin, ‘communis’ yang berarti ‘membuat kebersamaan’ atau ‘membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata bahasa Latin ‘communico’ yang berarti membagi (Cherry dalam Stuart, 1983).
Everett M. Rogers, seorang pakar sosiologi pedesaan AS membuat definisi komunikasi: “Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.
Definisi tersebut kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrencer Kincaid (1981) yang menyatakan: “Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.
Komunikasi jika kita pandang dari segi tujuannya yaitu untuk mengexplorasikan identitas diri. Selain itu untuk menanam dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain. Dan yang paling urgen yaitu agar mempengaruhi orang lain untuk berperilaku dan berpikir sesuai kehendak kita.
Adapun fungsi dari komunikasi itu sendiri yaitu sebagai pererat jalinan hubungan dengan orang lain. Selain itu sebagai alat ampuh untuk mengungkap segala hasrat yang ada dalam benak hati kita. Entah seperti apapun bentuk pengungkapan hasrat dalam hati tersebut. Mungkin bisa saja dengan duduk manis sambil tersenyum, berdiri lesu sambil mengusap air mata, dan masih banyak lagi ungkapan hati yang kita timbulkkan melalui komunikasi menggunakan bahasa tubuh (non verbal).
Tapi yang pasti, fungsi umum yang selalu menjadi landasan berkomunikasi yaitu, seperti yang dijelaskan oleh Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson bahwa ada dua fungsi umum: pertama, kelangsungan hidup diri-sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.
Bisa dilihat dari pernyataan pakar tersebut di atas, bahwasanya dorongan kita untuk berkomunikasi adalah untuk memenuhi kebutuhan pribadi (self need) dan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan (environmental need).
Pada hakikatnya apa yang dikatakan pakar di atas benar. Kita sebagai makhluk sosial yang setiap waktunya saling memerlukan antara satu sama lain, tidak bisa lepas dari keterikatan hubungan komunikasi. Komunikasi di bangun untuk menyamakan persepsi antara satu dengan lainnya. Untuk menyamakan persepsi ini diperlukan suatu strategi yang mana menjadi senjata ampuh dari tujuan komunikasi yang akan dicapai. Strategi tersebutlah yang nantinya dapat membuat lawan bicara akan mengikuti segala hal yang kita inginkan. Baik buruknya komunikasi tergantung bagaimana komunikasi itu disusun lewat strategi komunikasi apik yang kita sampaikan.
Mengenai komunikasi yang baik itu diperlukan lima unsur pokok yang harus dipenuhi. Lima unsur pokok tersebut, antara lain: komunikator, pesan, komunikan, media dan efek.
Komunikator; pihak yang menyampaikan pesan baik itu verbal ataupun nonverbal. Pesan yang disampaikan komunikator bisa langsung secara perorangan (interpersonal), bisa pula dalam suatu rapat/pertemuan (small group atau public communication), dan bisa pula melalui media massa (mass communication).
Pesan; sebagai penafsiran lambang atau stimuli. Sebagai suatu proses penafsiran sangat tergantung pada penjelasan psikologis tentang komunikasi manusia. Selain itu pesan mencerminkan keadaan internal individu yakni perilaku, dalam bentuk tertentu, suatu manifestasi yang mencuat keluar dari konsep kotak hitam tentang sikap, keyakinan, nilai, citra, emosi dan sebagainya.
Komunikan; sering disebut juga penerima pesan. Pihak yang menerima pesan dari komunikator. Posisi komunikan sangat strategis karena merupakan sasaran dari komunikasi. Oleh sebab itu, dalam komunikasi dikenal paradigma “kenalilah pihak lain”, artinya komunikator harus memahami kondisi komunikannya. Jika komunikannya memiliki ‘adat’ tertentu, maka komunikator hendaknya menyesuaikan diri dengan ‘adat’ tersebut.
Media; suatu alat ataupun sarana komunikasi yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Media tersebut bisa berbentuk cetak ataupun elektronik, seperti koran, majalah, radio, televisi, handphone dan internet.
Efek; efek komunikasi menyangkut penambahan wawasan, perubahan sikap, dan tindakan yang dihasilkan oleh proses komunikasi ialah terjadinya suatu perkosaan yang dilakukan seorang remaja terhadap rekannya setelah sang remaja menonton film televisi yang salah satu adegannya menggambarkan perkosaan.
Itulah lima unsur komunikasi yang baik. Dengan adanya lima unsur inilah nantinya komunikasi yang kita bangun akan berjalan sesuai yang kita harapkan. Setelah komunikasi kita jelaskan sebagai awal mula dari terbentuknya dakwah. Kemudian langkah selanjutnya kita menjelaskan penyiaran. Karena penyiaran merupakan aspek penting untuk mengexpose segala komunikasi pesan dakwah yang kita sampaikan kepada khalayak.
Penyiaran awalnya berasal dari kata siar yang berarti menyebarluaskan informasi melalui pemancar. Kata siar ditambah akhiran an, membentuk kata benda, yang memiliki makna ‘apa yang disiarkan’ (J.B. Wahyudi, 1994).
Siaran dapat berupa siaran audio (radio), dapat pula dalam bentuk siaran radio visual gerak dan sinkron, seperti pada televisi siaran. Perangkat kerasnya terdiri atas: sarana dan prasarana, pemancar dan perangkatnya. Meliputi gedung dan jalan, studio, kamera elektronika, sistem lampu dan suara, dekorasi, sub dan master control dan alat-alat pendukung lainnya.
Kegiatan penyiaran ialah pembuatan dan proses menyiarkan acara siaran radio dan televisi serta pengelolaan operasional perangkat lunak dan keras, yang meliputi segi idiil, kelembagaan dan sumberdaya manusia, untuk memungkinkan terselenggaranya siaran radio dan televisi.
Salah satu unsur utama dari penyiaran itu adalah manusia. Manusia harus bekerjasama atas dasar saling pengertian, menghargai dan mengingatkan (asih, asah, asuh) untuk menghasilkan output siaran yang berkualitas.
Kegiatan penyiaran pada intinya merencanakan dan memproduksi rangkaian mata acara dalam bentuk audio/suara atau visual/gambar yang ditransmisikan dalam bentuk signal suara atau gambar, baik melalui udara maupun melalui kabel ataupun serat optic yang dapat diterima oleh pesawat penerima (radio/televisi) di rumah-rumah.
Perlu diketahui pula bahwa penyiaran sebagai suatu proses kerjasama antara-manusia penyiaran, memerlukan proses manajemen yang sesuai dengan sifat bidang kerja penyiaran, sebagai media komunikasi massa elektronika.
Setelah mengetahui tentang apa itu penyiaran, dari sini kita sudah mulai menemukan titik terang bagaimana menyiarkan dakwah yang tepat sesuai aturan-aturan konkrit yang baik dan benar. Selanjutnya, kita membahas mengenai dakwah melalui media elektronik.
Pengertian dakwah secara etimologi yaitu sebagai bentuk masdar dari kata yad’u (fiil mudhari’) dan da’a (fiil madzi) yang artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to in vite), mengajak (to summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan memohon (to pray).
Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajaran tersebut disebut da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal juga dengan istilah mubaligh.
Dengan demikian secara etimologi lughatan pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Secara terminologi yaitu dapat dirangkai sebagai berikut: pertama, dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar, sengaja dan berencana guna mempengaruhi pihak lain agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan. Kedua, usaha yang dilakukan antara lain berupa: ajakan untuk beriman dan mentaati Allah/ memeluk Islam serta amar ma’ruf nahi munkar. Ketiga, dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah SWT. Keempat, lapangan dakwah sangat luas yaitu meliputi semua aktivitas manusia secara totalitas baik sebagai individu, sebagai abdi Tuhan, sebagai anggota masyarakat bahkan sebagai warga alam semesta.
Dakwah adalah suatu formulasi yang tepat untuk mengajak manusia ke jalan yang dirahmati-Nya. Untuk melakukan proses ke jenjang itu, diperlukan suatu komunikasi yang efektif, guna memudahkan dakwah kita. dakwah dan komunikasi selamanya tidak akan pernah berpisah. Karena pada dasarnya dakwah dan komunikasi memiliki titik temu di antara keduanya.  Pengembangan metode dakwah dan metode pengembangan dakwah beserta ilmunya, sebagaimana komunikasi dan ilmunya dapat merambah ke dalam bidang-bidang lain, dalam upaya mewujudkan nilai pesan yang ingin dihasilkan.
Memperhatikan uraian di atas, tentu saja dapatlah diterima jika kemudian muncul jenis disiplin baru yang dinamakan “komunikasi dakwah”. Tujuannya tidak jauh dari tujuan dakwah. Namun terkombinasi dengan tujuan komunikasi, yaitu: pertama, bagi setiap pribadi muslim, dengan melakukan dakwah berarti bertujuan untuk melaksanakan salah satu kewajiban agama, dan memenuhi kebutuhan eksistensi dirinya dalam agama. Kedua, tujuan dari komunikasi dakwah ini, adalah terjadinya perubahan tingkah laku, sikap atau perbuatan yang sesuai dengan pesan kerisalahan Al-Qur’an dan Sunnah.
Dengan adanya pola tersebut, maka seharusnya dakwah dan keilmuan dakwah dapat bersentuhan dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang, yang nantinya dapat mewarnai profesi kemasyarakatan dan kemanusiaan. Apabila hal ini dapat terwujud, maka nampak bahwa dakwah adalah bentuk komunikasi yang khas, atau bisa disebut sebagai komunikasi-plus.
Berbicara mengenai dakwah adalah bentuk komunikasi-plus, di sini sudah menuju pada inti pembahasan kita yakni komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik. Pada dasarnya komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik seperti saat ini sudah banyak dilakukan oleh para da’i-da’i di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali di Indonesia, da’i-da’i kondang seperti Aa Gym, Arifin Ilham, Jefri Al-Bukhori dan lainnnya memaksimalkan media elektronik untuk dakwahnya. Para da’i tersebut memiliki berbagai cara untuk menyiarkan dakwahnya melalui media elektronik. Salah satu contohnya yang ditunjukkan Aa Gym. Beliau menyiarkan dakwahnya melalui saluran telepon atau SMS.
Pada dasarnya melakukan dakwah seperti ini memiliki keuntungan dan kerugian. Karena kalau kita berkaca dengan cakupan audien pasti lebih banyak memperoleh sambutan dari masyarakat, akan tetapi walaupun begitu feedback yang ditunjukkan oleh masyarakat pastinya kabur dari genggaman da’i, karena dalam konteks ini audien tidak berhadapan langsung dengan sang da’i.
Mengenai macam-macam media elektronik yang dapat dimanfaatkan para da’i masa kini untuk menyiarkan dakwahnya berkutat pada radio, televisi, film dan internet. Sebenarnya masih banyak lagi sarana ataupun media-media elektronik yang dipakai untuk menyiarkan dakwah, seperti handphone, telegram, dan faximile. Namun sarana itu saat ini sudah dinilai kurang marak dari hangar-bingar dakwah melalui media elektronik.
  1. Radio  
Berdakwah  atau menyerukan kebaikan tidak hanya terbatas diatas mimbar saja, dan pada  masa yang moderen ini radio merupakan salah satu sarana atau media yang bisa digunakan untuk memperluas dakwah. Dalam bukunya Asep kusnawan (Komunikasi penyiaran Islam: 2004), Ada beberapa factor efektivitas siaran baik itu disebabkan daya kekuatan yang dimilikinya. Diantaranya adalah daya langsung, daya tembus, dan daya tarik.
1.      Daya Langsung
Tabligh atau berdakwah melalui siaran radio dalam ragka mencapai sasaran yakni pendengar tidak harus mengalami proses yang kompleks. Setiap materi dakwah tinggal diucapkan didepan micropoun radio. Pelaksanaannyapun berlangsung dengan mudah dan cepat. Setiap informasi atau berita yang terjadi, saat itupun dapat disiarkan secara langsung. Bahkan suatu peristiwa dapat diikuti oleh pendengar pada saat peristiwa itu berlangsung.
2.      Daya Tembus
Daya tembus yang dimaksud disiniu adalah siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, jarak pun tidak menjadi masalah tergantung pada daya pancar pemancar. Yang pasti adalah bagaimanapun jauhnya tempat yang dituju oleh tabligh lewat siaran radio siaran, dapat ditembusnya selama masih dalam jangkauan pemancar.
3.      Daya Tarik
Factor selanjutnya yang menjadikan radio tetap diminati adalah adanya daya tarik, yaitu sifat tabligh atau dakwah yang serba hidup atas tiga unsure yang ada pada radio itu sendiri.
a)      Musik
Salah satu hal yang menjadi daya tarik bagi dakwah melalui radio adalah hadirnya musik. Tidak sedikit orang mendengarkan radio dengan motifasi mencari hiburan atau mendengarkan musik. Maka dari itulah petugas yang berurusan langsung dengan radio siaran berusaha agar segala macam program selalu ada nuansa hiburan didalamnya.
Jika berdakwah melalui radio, hiburan masih bisa dipertahankan dengan mendesain hiburan itu sedemikian rupa dan tidak kontra dengan program yang sedang mengudara. Jenis hiburanya atau musiknya bisa memilih lagu-lagu yang bernuansa atau bernafaskan Islami.
Ø  Sifat Radio Siaran
Auditif, yang dimaksud dengan auditif adalah keberadaan siaran radio hanya untuk didengar. Siaran yang sampai ke telinga pendengar pun hanya sepintas lalu saja. Dengan adanya sifat radio itu, maka ada positif dan negativenya berdakwah melaui radio. Seorang da’i tidak bisa melihat langsung dampak dari materi dakwah yang telah disampaikannya terlebih jika tidak adanya sesi tanya jawab.
Ganguan, sebanagi media massa radio tidak luput dari kekurangan yaitu terjadinya ganguan. Beberapa kemungkinan ganguan yang bisa terjadi antara lain factor bahasa, ganguan pada chanel, serta ganguan factor mekanik atau yang berhubungan dengan peralatan (mesin).
Siaran radio tidak semulus dan sesempurna komunikasi antara dua orang yang berhadap-hadapan, sebab ia dilakukan melalui media dan medianya itu sendiri rentan terhadap ganguan. Ganguan yang sifatnya alamiah, diantaranmya sinar matahari yang mempengaruhi kejelasan siaran radio. Siaran juga terkadang dipengaruhi oleh cuaca  dan turun naik gelombang atau ganguan teknis yang berupa tumpang tindih gelombang. Selain itu masih banyak ganguan yang lain terlebih jika radio tersebut sederhana sehingga berbagai kelemahan penangkapan siaran terjadi.

Ø  Unsur-unsur Radio
Siaran radio sebagai output stasiun penyiaran yang dikelola oleh organisasi penyiar, merupakan hasil perpaduan antara kreativitas manusia dan kemampuan sarana, atau antara perangkat keras dengan perangkat lunak.
Perangkat keras diantaranya:
-          Sarana dan prasarana
-          Pemancar dan perangkatnya
Perangkat lunak:
-          Manusia sebagai pengelola
-          Program
Ø  Memahami Tugas dan Pekerjaan Penyiar
Menjadi penyiar merupakan satu pekerjaan yang khas. Pekerjaan itu perlu dipelajari sepeti pekerjaan lainya, serta dibutuhkanya keterampilan atau kecakapan tersendiri. Menurut ahli radio, Ben G. Hennke dalam Onong Uchjana Efendi (1978:124), keahlian penyiar meliputi:
1.      Komunikasi gagasan (communication of ideas)
2.      Komunikasi kepribadian (communication of personality)
3.      Proyeksi kepribadian (projection of personality)
-          Keaslian (naturaless)
-          Kelincahan (vitality)
-          Keramahan (friendliness)
-          Kesanggupan menyesuaikan diri (adaptability)
4.      Pengucapan (pronouncation)
5.      Control suara (voice controle)
-          Pola titi nada (pitch)
-          Kerasnya suara (loudess)
-          Tempo (time)
-          Kadar suara (quality) (Asep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam,  2004: 51-61)
  1. Telivisi
Tidak dipungkiri, dewasa ini telivisi merupakan media massa yang sangat popular di tengah masyarakat. Ia ada hampir disetiap tempat-tempat umum, kantor, rumah bahkan kamar. Oleh karena itu setiap informasi yang disampaikan melalui media telivisi akan sangat mudah sampai ketengah kaangan masyarakat.demikian juga pula yang disampaikan melalui telivisi adalah pesan-pesan dakwah atau tabligh maka dengan cepat tersosialisasikan.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini ada sekitar 20-23 juta rumah tangga yang memiliki pesawat TV. Tidak kurang dari 18 jam sehari berbagai acara dan informasi dijejalkan pada pemirsa di seluruh tanah air. Itu berarti hanya ada enam jam sehari waktu yang masih kosong. Itu pun ketika jam tayang relative sama. Ketika sudah mulai banyak stasiun TV yang non-stop, berarti waktu kosong melihat TV semakin mengecil.
Jika rillnya demikian, sudah saatnya kita memikirkan bagaimana caranya mengambil bagian dalam waktu yang cukup dominan pada kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan hal-hal tertentu yang benar dalam bingkai dakwah. Selama ini banyak umat Islam hanya menjadi orang yang menikmati hasil karya orang lain. Kalaupun ada yang sudah mampu memberikan warna itupun belum  begitu besar. Ketika umat Islam bisa lebih menempati bagian-bagian tekhnologi, tidaklah mustahil komunikasi penyiaran dakwah akan berkibar dengan sukses.
Ø  Unsur-unsur dalam Siaran Televisi
Dalam suatu siaran telivisi terdapat sejumlah unsure. Masing-masing unsure tersebut tidak hanya memiliki tugas dan tangung jawab masing-masing, tetapi juga berada dalam suatu sisitem kerja yang terkoordinasi yang semuanya berangkat untuk menyajikan acara penyiaran sebaik mungkin untuk yang mengkonsumsi acara televise (pemirsa).
1)      Proses Penyajian Acara
Dalam sebuah penyajian acara, seorang da’i atau mubaligh televise akan berhubungan erat dengtan berbagai pihak yang terlibat didalam proses penyajian suatu acara siaran televise, diantaranya prosedur, pengarah acara, asisten pengarah acara dan masih banyak lagi orang-orang yang akan terlibat didalam sebuah produksi televisi. Berbeda dengan penyiaran radio, televisi memiliki kesulitan dan kerumitan yang lebih dari radio. Maka dari itulah orang-orang atau sumber daya manusia yang menaganinya pun haruslah banyak dan memiliki disiplin ilmu tersendiri. 
2)      Pola Acara Siaran Televisi
Dunia penyiaran memiliki dampak yang sangat luas di masyarakat, sehingga perencanaan menjadi sangat penting untuk menentukan acara yang akan dirasakan. Perencanaan meliputi pengadaan materi siaran (produksi) serta penyiran materi siaran tersebut. Pengadaan mata acara (pogram) dalam siaran dapat diperoleh melalui:
1.      Diproduksi sendiri
2.      Diproduksi dengan melibatkan pihak lain
3.      Hasil pertukaran program dengan stasiun lain
4.      Dibeli dari usaha rumah poduksi (production house)
5.      Merelai dari stasiun produksi lain
Hal yang harus ada pada mata acara:
-          Judul mata acara
-          Kriteria atau batasan penyiaran
-          Format atau bentuk penyajian
-          Durasi atau lama waktu siaran
Penentuan mata acara hendakya dilandasi oleh:
-          Misi, fungsi dan tugas stasiun penyiaran
-          Landasan filosofi, konstitusional dan operasional
-          Hasil riset khalayak sebagai konsumen
-          Norma, etika, estetika yang berlaku
-          Kebijakan interen dan eksteren
Keterampilan bagi seorang penyiar merupakan aspek yang penting, salah satunya adalah keterampilan berbahasa yang didalamnya memiliki empat komponen. Keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubunganya dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa yang digunakan seseorang, semakin cerah dalam berbahsa, maka semakin jelas pulalah jalan pikiranya. Ketermpilan yang dimiliki hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara sering berlatih. Melatih keterampilan berbahasa seperti pula melatih keterampilan berpikir.
Bahasa yang digunakan dalam dunia televisi sangat khas, karena memadukan kata-kata, suara dan gambar bergerak secara bersama-sama dan seketika. Dalam perspektif komunikasi, berita memiliki daya tarik tersendirisebagai suatu pesan:
  1. Organisasi pesan
  2. Urutan pesan
  3. Gaya pesan
  4. Daya tarik pesan
Organisasi pesan adalah bagaimanan cara mengorganisasikan pesan yang akan disampaikan oleh televisi. Asep Kusnawan dalam (Komunikasi Penyiaran Islam,  2004: 73-85).
Dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan suatu formulasi yang ada kaitannya dengan komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik. Fomulasi tersebut, penulis rangkum dalam dua kategori. Kategori yang pertama, muncul ketika melihat realita yang ada saat ini umat kita (Islam) kekurangan akan kreasi dan keterampilan dalam menggunakan segala peralatan yang ada di media elektronik. Selain itu umat Islam saat ini juga kekurangan sumber daya manusia yang mau bergerak di bidang komunikasi penyiaran dakwah. Fasilitas dan sarana yang dimiliki umat Islam untuk berdakwah melalui media elektronik masih kurang memadai. Dengan keadaan seperti itulah, penulis menawarkan suatu formulasi yang setidaknya dapat membantu permasalahan ataupun kendala yang dihadapi umat Islam untuk bisa berdakwah melalui media elektronik. Formulasi tersebut penulis singkat dengan P3AKJME (Pendidikan, Pelatihan, dan Pembentukan Anggota Komunitas Jurnalis Media Elektronik).
Formulasi P3AKJME ini nantinya sebagai wadah bimbingan bagi insan-insan yang tertarik menjadi jurnalis media elektronik, maka wadah inilah yang nantinya akan memberikan suatu pendidikan tentang dasar dan aspek-aspek yang berkenaan dengan komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik. Apabila tahap pendidikan ini telah dikuasai. Maka barulah akan melanjutkan kepada tahap selanjutnya, yakni pelatihan. Pada tahap pelatihan ini, para anggota akan diujicoba untuk mempraktekkan segala hal yang ia dapatkan dari tahap pendidikan. Pada tahap ini para anggota mulai diasah kemampuannya dalam bidang kejurnalisan, yang dalam hal ini terfokus pada media elektronik. Setelah dilatih dan diasah kemampuannya pada tahap pelatihan ini, maka para anggota akan menjajaki tahapan selanjutnya yakni pembentukan. Dalam tahap pembentukan ini para anggota minimal sudah diharuskan menguasai dan dapat menerapkan setengah dari materi yang telah diberikan oleh para praktisi jurnalis media elektronik profesional di bidangnya. Dalam tahap ini yang diberlakukan hanyalah penguasaan materi yang kurang dimengerti dan pembekalan motivasi anggota. Pembekalan motivasi ini diberlakukan karena bertujuan untuk menguatkan motivasi para anggota agar tetap pada jalur yang mereka tempuh selama berada dalam P3AKJME.    
Itu tadi formulasi untuk kategori yang pertama. Adapun formulasi yang kedua sebenarnya merupakan kelanjutan dan keterkaitannya dengan formulasi untuk kategori yang pertama. Pada kategori pertama kita mengenal formulasi Pendidikan, Pelatihan dan Pembentukan Anggota Komunitas Jurnalis Media Elektronik (P3AKJME). P3AKJME ini merupakan wadah bagi insan-insan yang tertarik untuk menjadi jurnalis media elektronik. Dalam komunitas ini para anggotanya tidak hanya dibekali dengan materi tentang kejurnalisan dan media elektronik semata, namun juga yang paling diutamakan adalah nilai-nilai komunikasi penyiaran dakwah. Hal ini bertujuan untuk memberikan tambahan tenaga berupa mental dan etika kejurnalisan sebelum mereka terjun langsung ke area sesungguhnya.
Sebenarnya pokok konkrit munculnya formulasi untuk kategori kedua ini seperti yang telah disebutkan di atas, saat ini kita melihat tidak sedikit dari para jurnalis media massa khususnya media elektronik profesional yang memanfaatkan kelihaian dan keahlihannya dengan melanggar etika kejurnalisan yang sudah ada. Seperti contoh yang sering terjadi yakni tidak independen terhadap suatu isu pemberitaan.
Oleh karena itulah di sini penulis menawarkan satu formulasi lagi yang tujuannya untuk menjaga kestabilan mental dan etika para praktisi jurnalis media elektronik yang telah terjun ke area sesungguhnya. Dan satu tujuan lagi yang paling penting pada formulasi kedua ini yaitu untuk menerapkan formulasi komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik yang sesungguhnya, kepada para praktisi jurnalis media elektronik hasil didikan P3AKJME maupun jurnalis yang terdidik di luar komunitas tersebut.
Adapun nama kelompok yang menaungi proyek formulasi kedua ini yaitu Dakwah Journalist Community (DJC). DJC ini nantinya akan lebih cenderung menggodok, memberdayakan dan mengembangkan formulasi komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik. Dalam komunitas ini yang paling diprioritaskan adalah iman dan akhlaq sebagai landasan dasar yang harus diterapkan oleh para praktisinya dalam menjalankan formulasi KPD melalui media elektronik. Dengan adanya iman dan akhlaq inilah yang nantinya dapat menjadi senjata ampuh dalam mengatasi carut marut konsepsi media elektronik yang berkembang saat ini.
Praktisi atau ahli yang membimbing komunitas ini berasal dari banyak elemen. Ada Kyai, Ustadz, Dosen, Jurnalis Media Elektronik, Pejabat, Pemerhati Media Massa dan masih banyak lagi. Banyaknya praktisi yang membimbing DJC ini bukan sekedar mencari sensasi semata, namun semua praktisi yang berlainan profesi ini memiliki tujuan dan harapan yang sama untuk menghidupkan nilai-nilai dakwah di media elektronik seperti radio dan televisi. 


Kesimpulan
            Perkembangan sains dan teknologi pada saat ini diakui begitu cepat. Kecepatanya bahkan melebihi kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan dampak sains dan teknologi itu sendiri. Salah satu kemajuan yang begitu pesat pada saat ini sebagai implikasi dari moderenisasi yang ditopang oleh perangkat utamanya yaitu ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam dunia informasi.
            Dizaman sekarang ini dakwah tidak hanya cukup disampaikan dengan lisan belaka, yang aktivitasnya hanya dilakukan dari mimbar kemimbar tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang terkenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa. Sehingga dalam perjalanan menggapai tujuan tabligh, tentunya, perlu suatu media sebagai perantara untuk menyampaikan pesan kepada mad’u yang homogen maupun heterogen.
            Semua media esensialnya adalah mempermudah aktifitas dalam bidang dakwah. Media yang telah banyak bermunculan saat ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada yang memliki kecangihan yang luar biasa, tetapi tetap saja memiliki titik lemah sehingga segala kemungkinan akan tetap bisa terjadi.

Rujukan
Sam Abede Pareno, Kuliah Komunikasi Pengantar dan Praktek: 2002, Surabaya: Papyrus.
Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer: 2006, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer: 2000, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Asep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam: 2004, Benag Merah Press, Bandung.
Muhamad Mufidh, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran: 2005, Fajar Interpratama Offset, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar