Senin, 01 Oktober 2012

Simbok Ditawari Kue Lebaran

Ditulis: Ambaryani, 030812
Baru beberapa hari puasa, Simbok sudah ditawari kue lebaran oleh temannya. Saat itu, belum genap 10 hari Ramadhan. Simbok menolak dengan gayanya yang khas.
“Maaf, Simbok sudah dapat jatah rempeyek lebaran dari anak”, begitu kata Simbok pada temannya.
“Peyeknya enak lho Mbah...Renyah. 1 kg Cuma Rp. 65.000. Saya selalu pesan kalau tiap lebaran”, begitu kata teman Simbok mencoba merayu Simbok.
Simbok ditawari peyek oleh temannya. Pikir Simbok, temannya tau saja kalau peyek salah satu yang selalu menjdi hidangan lebaran Simbok. Ya, peyek adalah salah satu pengisi toples lebaran Simbok. Dan peyek akan menjadi suguhan yang laris manis. Walaupun rasanya tidak manis, asin. Hampir rata di rumah tetangga-tetangga Simbok ada peyek. Walaupun hampir tiap rumah ada peyek, toples peyek akan kosong paling duluan.
Simbok sempat geleng kepala. Baru beberapa hari puasa, sudah ada saja yang menawarinya kue lebaran. Tentu saja tawaran itu tidak membuat Simbok tergoda. Terlebih, Simbok tidak repot-repot.
Lebaran, apa yang ada yang Simbok hidangkan. Peyek, renginang, kerupuk ubi, keripik ubi, keripik pisang, keripik keladi, keripik sukun, kerupuk terigu, sesekali ada dodol, dan jajanan pasar jika ada uang lebih.
Dengan hidangan-hidangan itu, tak membuat Simbok mumet saat lebaran. Simbok hanya perlu memanen hasil kebun, dan membeli minyak goreng+bumbu dapur. Hidangan itu Simbok produksi sendiri, dibantu anak-anaknya. Itupun disiapkan saat lebaran sudah dekat.  
Simbok kadang agak sedikit heran dengan kebanyakan tetangga Simbok. 15 hari puasa sudah menghabiskan waktu didapur untuk membuat kue lebaran. Padahal sebagian teman Simbok juga mengeluhkan mahalnya harga bahan dasar membuat kue. Ada juga teman Simbok yang tak berani menerima pesanan kue lebaran, karena bahan kue mahal. Khawatir konsumen mengeluh jika harga kue lebih mahal.
Tidak hanya itu, ada yang mulai repot memermak rumah. Mengecat kembali rumah yang warnannya masih mentereng, menganti horden, bunga hias, toples baru, menganti kursi hingga trend menganti motor lama saat menjelang lebaran.
Tentunya itu tak berlaku pada Simbok. Kue lebaran seadanya. Yang terpenting kumpul dengan anak cucu, itu yang membuat lebaran Simbok sangat berharga. Rumah Simbok dari awal ditempati hingga saat ini, tak sedikitpun teroles kuas cat.
Rumah itu dibiarkan alami dengan warna kayu asli. Kaca jendela juga, tak berhorden. Lantai tak berpermadani. Simbok hanya rutin mengepel lantai rumahnya sehingga terlihat bersih. Begitu juga kaca jendelannya, seminggu 2 kali dibersihkan. Itu membuat pekerjaan Simbok dan anak-anaknya lebih ringan saat menjelang lebaran. Hanya tinggal menjalankan apa yang sudah selalu dilakukan tiap hari.  
Halaman rumah, hanya tinggal dibersihkan rumput-rumput yang sudah mulai banyak. Disapu, agar daun-daun kering dari pepohonan yang ada disekitar rumah Simbok tidak membuat halaman kotor. Di halaman itu, hanya ada 1, 2 bunga yang anak Simbok tanam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar