Senin, 01 Oktober 2012

Renginang

Ditulis: Ambaryani
15 hari Simbok menjalankan puasa. Mbok terpikir untuk mulai membuat kue lebaran. Kue yang Mbok buat membutuhkan proses yang agak panjang dan memakan waktu. Itu sebabnya, baru setengah perjalanan puasa, Mbok sudah mulai membuatnya.
Tak hanya itu pertimbangannya. Mbok melihat cuaca yang bagus. Panas, waktu yang sangat tepat untuk membuat renginang. Tentunya renginang Mbok akan cepat kering. Renginang yang mendapatkan pencahayaan yang maksimal saat proses penjemuran, akan menentukan kualitas saat digoreng nanti. Kembang. Jika tidak, renginang tidak kembang saat digoreng dan akan keras jika dimakan.
Ya, Mbok membuat renginang di hari 15 Ramadhan. Tahun-tahun sebelumnya Mbok selalu membuat kerupuk terigu. Tahun ini, Mbok juga terlintas ingin membuat kerupuk. Tapi mbok teringat pesan anaknya, agar tak lagi membuat kerupuk terigu.
Anak Mbok melarang membuat kerupuk terigu, karena tak mau bahan berbahaya datang dari rumah sendiri. Mbok juga semakin yakin dengan apa yang anaknya katakan setelah Mbok nonton berita di televisi. Ternyata salah satu bahan yang dulu selalu Mbok sertakan dalam pembuatan kerupuk adalah bahan berbahaya. Yang bisa mengakibatkan kanker jika dikonsumsi. Mbok kemudian memutuskan tak lagi membuat kerupuk.
Dikukusnya 3 kg beras ketan yang Mbok beli diwarung. Diberi bumbu, kemudian dicetak dan dijemur. 3 kg beras, hanya jadi kurang lebih 1 tampah renginang yang sudah dicetak bulat-bulat sebesar mulut gelas, dengan ketebalan sekitar 1 cm. Tampah, Mbok memang selalu menggunakan alat yang terbuat dari bambu, yang menyerupai nyiru penampi beras, tapi dibuat dalam ukuran besar, untuk menjemur renginang, kerupuk dan sejenisnya.
Mbok hanya bisa membuat 3 kg, karena harga beras ketan dikampungnya sudah mencapai harga Rp. 12.000 per kilo. Mbok terpikir untuk membuat lebih banyak, tapi Mbok harus membagi-bagi uangnya untuk keperluan lain. Pikir Mbok, sedikitpun tak apa. Asal ada.
Lebaran akan bermakna, bukan pada sedikit banyaknya kue yang disajikan. Setelah lebaran, tentu masih perlu belanja agar dapur tetap mengepul. Belum lagi, ada kewajiban-kewajiban lain yang tentunya perlu dipikirkan. Itu sebabnya, lebaran tak harus pol-polan mempersiapkannya.
Lagi, kue yang banyak dihidangkan diatas meja, kadang hanya dipandang-padang. Jika berselera dimakan, jika tidak, jadi bahan tontonan. Cuma satu dua yang dimakan. Tidak sebanding dengan proses penyiapannya. Yang hobi membuat kue, tentu akan menyiapkan kue lebaran sendiri. Membuat kue banyak-banyak, tentu menyita waktu dan tenaga. Padahal, saat lebaran, orang yang berkunjung ke rumah tak seberapa saat menyantapnya.
Hampir tiap rumah ada kue. Dan jenis kuenya juga kurang lebih. Yang berbeda mungkin hanya warna, bentuk. Bahan dasar dan rasanya rata-rata mendekati.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar