15 hari Simbok menjalankan puasa.
Mbok terpikir untuk mulai membuat kue lebaran. Kue yang Mbok buat membutuhkan
proses yang agak panjang dan memakan waktu. Itu sebabnya, baru setengah
perjalanan puasa, Mbok sudah mulai membuatnya.
Tak hanya itu pertimbangannya.
Mbok melihat cuaca yang bagus. Panas, waktu yang sangat tepat untuk membuat
renginang. Tentunya renginang Mbok akan cepat kering. Renginang yang
mendapatkan pencahayaan yang maksimal saat proses penjemuran, akan menentukan
kualitas saat digoreng nanti. Kembang. Jika tidak, renginang tidak kembang saat
digoreng dan akan keras jika dimakan.
Ya, Mbok membuat renginang di
hari 15 Ramadhan. Tahun-tahun sebelumnya Mbok selalu membuat kerupuk terigu. Tahun
ini, Mbok juga terlintas ingin membuat kerupuk. Tapi mbok teringat pesan
anaknya, agar tak lagi membuat kerupuk terigu.
Anak Mbok melarang membuat
kerupuk terigu, karena tak mau bahan berbahaya datang dari rumah sendiri. Mbok
juga semakin yakin dengan apa yang anaknya katakan setelah Mbok nonton berita
di televisi. Ternyata salah satu bahan yang dulu selalu Mbok sertakan dalam
pembuatan kerupuk adalah bahan berbahaya. Yang bisa mengakibatkan kanker jika
dikonsumsi. Mbok kemudian memutuskan tak lagi membuat kerupuk.
Dikukusnya 3 kg beras ketan yang
Mbok beli diwarung. Diberi bumbu, kemudian dicetak dan dijemur. 3 kg beras,
hanya jadi kurang lebih 1 tampah renginang yang sudah dicetak bulat-bulat
sebesar mulut gelas, dengan ketebalan sekitar 1 cm. Tampah, Mbok memang selalu
menggunakan alat yang terbuat dari bambu, yang menyerupai nyiru penampi beras,
tapi dibuat dalam ukuran besar, untuk menjemur renginang, kerupuk dan
sejenisnya.
Mbok hanya bisa membuat 3 kg,
karena harga beras ketan dikampungnya sudah mencapai harga Rp. 12.000 per kilo.
Mbok terpikir untuk membuat lebih banyak, tapi Mbok harus membagi-bagi uangnya
untuk keperluan lain. Pikir Mbok, sedikitpun tak apa. Asal ada.
Lebaran akan bermakna, bukan pada
sedikit banyaknya kue yang disajikan. Setelah lebaran, tentu masih perlu
belanja agar dapur tetap mengepul. Belum lagi, ada kewajiban-kewajiban lain
yang tentunya perlu dipikirkan. Itu sebabnya, lebaran tak harus pol-polan
mempersiapkannya.
Lagi, kue yang banyak dihidangkan
diatas meja, kadang hanya dipandang-padang. Jika berselera dimakan, jika tidak,
jadi bahan tontonan. Cuma satu dua yang dimakan. Tidak sebanding dengan proses
penyiapannya. Yang hobi membuat kue, tentu akan menyiapkan kue lebaran sendiri.
Membuat kue banyak-banyak, tentu menyita waktu dan tenaga. Padahal, saat
lebaran, orang yang berkunjung ke rumah tak seberapa saat menyantapnya.
Hampir tiap rumah ada kue. Dan
jenis kuenya juga kurang lebih. Yang berbeda mungkin hanya warna, bentuk. Bahan
dasar dan rasanya rata-rata mendekati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar