Jumat, 27 Januari 2012

Refresh


Oleh: Ambaryani
Minggu di ujung Mei 2011. Refreshing. Melepas lelah, setelah beberapa bulan penat kerja dan seluruh aktifititas. Perjalanan yang tak direncanakan. Awalnya, hanya ingin menghadiri undangan teman yang menikah di Mempawah. Neni namanya. Dulu dia satu kos dengan kami.
Rencana awal pagi-pagi cau dari kos Atlas, aku dan teman-teman ingin mengunjungi pantai terlebih dahulu. Setelah itu, siang menjelang sore baru undangan. Rencana sudah sip. Kami berangkat.
Diperjalanan, ternyata ada perubahan. Kami berpikir untuk undangan terlebih dahulu. Perhitungannya, khawatir kami akan ngkabur. Maksudnya kalaf ketika ketemu pantai. Main nyebur dan basah-basahan. Tentu saja, dengan begitu agak repot mau bebenah lagi kalau mau undangan. Maksudnya, kalaupun akan basah-basahan, tinggal pulang. Tak perlu mampir-mampir lagi.
Kami sempat bingung. Mengapa bingung? Mau undangan dulu, masih terlalu pagi. Karena sambil mikir-mikir, tempat resepsi temanku sampai kelewatan. Dasarnya, kami juga belum tau posisi rumah yang punya hajatan. Hanya tau di Mempawah, sebelum sungai Kunyit.
“Dah lewat rumah Neni...Huh, memanglah kepala jalan ni. Kira gak tau atau sambil matau-mantau”, Eka protes padaku dan Diana yang memang sejak awal memimpin perjalanan.
“He, he...”, aku dan Diana hanya nyengir. Karena dari awal perjalanan turun daro kos, kami banyak ngobrol. Sampai lupa. Kamipun putar arah. Temanku mengerutu di belakang.
Kami sampai di rumah Neni. Tukang parkir mengarahkan motor kami ke rumah tetangga Neni. Kami maju mundur. Ragu. Mau lanjut undangan, atau ikut rencana awal. Tempat resepsi masih lengang. Nampaknya baru selesai acara kelarga. Prasmananpun masih kosong. Kami menunggu sambil mengulur waktu.
Tentu saja kedatangan kami yang masih terlalu pagi, mengundang perhatian orang-orang ditempat resepsi. Kami tertawa dan saling pandang. Tuan rumah kelabakan ada tamu seawal itu. Pelaminanpun masih kosong. Belum ada pengantin. Agak lama kami menunggu. Memberi waktu tuan rumah bersiap-siap.
Hampir 15 menit kemudian, ada bunyi musik dan pasangan pengantinpun keluar dengan baju merah. Keluarnya pengantin, tanda kami harus segera bertamu. Neni senyum-senyum melihat kedatangan rombongan teman-teman kosnya. Nampak aura bahagianya. Setelah menyantap hidangan, isi angpau dan berpose dengan pengantin,kami melanjutkan perjalanan.
Pantai Samudra. Ini juga bukan tujuan awal kami. Intinya, kami harus sampai pantai. Rasanya sampai ke Pantai Samudra terlalu jauh. Tapi, Eka malah mau lanjut ke Pasir Panjang. Tapi, banyak yang tidak setuju. Jauh. Khawatir waktu habis dijalan.
Ini pertama kalinya aku sampai tempat wisata ini. Kami langsung menuju ke arah pendopo yang sepi ditepian pantai. Ingin benar-benar menikmati. Tak lama melepas lelah dipendopo, kami mengambil angel masing-masing. Ada yang menikmati tiupan nagin diatas bebeatuan, ada yang jeprat-jepret.
Semakin siang, pantai semakin ramai. Bebatuan seakan berpenghuni semua. Melepas penat, sambil rebahan diatas batuan besar. Batu-batu besar itu juga menjadi wall kreatifitas pengunjung. Banyak yang mencoret-coret. Tak hanya itu, disela-sela batu, banyak sampah peningalan pengunjung.
Aku pindah dari satu batu ke bebatuan yang lain. Mencari posisi yang nyaman. Akhirnya, aku dan teman-teman memilih satu batu yang besar dan permukaannya lebar. Kami kumpul disana. Membongkar bekal masing-masing.
Nikmat. Sayang, Pontianak tak punya pantai. Paling dekat harus ke Mempawah jika ingin ke pantai. Jadi tak bisa sering bolak-balik. Makan waktu.
Asik melihat deburan ombak. Pulau dihadapanku, seakan semakin mendekat karena terus kupandang. Bebatuan yang masuk ke perairan semakin siang, semakin terendam. Air pasang. Aku masih betah menjadi penunggu batu. Beberapa teman, sudah main basah-basahan. Aku terusik dengan riuhnya suara temanku yang sudah bermain air. Akupun ikut turun. Tanpa basah-basahan.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar