Selasa, 31 Januari 2012

Lukisan Tentang Kita


Ditulis: Ambaryani, 16 Agustus 2011, Pontianak
Melukis kenangan dalam dinding memori
Menyusunnya, dan semuanya tertata
Kita dan semua yang bercerita tentang kita
Terbingkai indah dan terpajang gagah
Tak bias walau cahaya memantul di cermin vigura
Tanda, kenagan itu terlukis kokoh disudut yang istimewa
Ketahuilah
Lukisan pohon itu
Selalu indah
Saat kukenang

Aku Rindu


Ditulis: Ambaryani
Aku merindumu
Aku rindu menata mimpi gila denganmu
Aku rindu dengan kengeyelan kita
 Aku rindu berpanas-panasan mendorong motor bersama denganmu
 Aku rindu dengan kesibukan kita menyiapkan data untuk bahan tulisan
 Aku rindu kita berbagi rasa nerfous saat hendak persentasi tulisan dalam seminar
 Aku rindu kita makan dengan bekal kita seadanya
 Aku rindu kita bergadang merampungkan tulisan karena dikejar date line
Aku rindu...
Rasanya sudah membuncah rinduku
Aku rindu melihat kegopohanmu mencari sepatu saat kujemput dan kau belum siap
  

Minggu, 29 Januari 2012

Menghadiri 3 Undangan


Ditulis: Ambaryani
Waw, ternyata perjalanan menuju Punggur lebih singkat lewat jalan ujung Sungai Raya Dalam. Sebelumnya aku hanya dengar-dengar. Ke Punggur, lebih mudah lewat jalan pintas ujung Sungai Raya. Dan benar saja. Kali ini aku membuktikannya. Tidak lebih 30 menit perjalanan, sudah sampai. Jika dibanding lewat ujung Kota Baru, bisa mengehemat waktu 30 menit.
Saat itu, aku dan keempat teman SMPku berniat menghadiri resepsi pernikahan adik tingkat di SMP dulu. Rumahnya di Punggur. Tepatnya di Desa Parit Rintis. Kalau dari Jalan tembus Sungai Raya Dalam, arahnya belok kiri setelah sampai pertigaan Punggur.
Jalannya masih terhitung mulus. Bersemen semua hingga jejak pertigaan Punggur. Mungkin itu juga yanag mempengaruhi waktu perjalanan hingga lebih cepat.
Awalnya kami hampir mengurungkan niat untuk hadir undangan. Bukan apa-apa. Saat itu cuaca mendung dan sudah mulai gerimis. Pontianak masih sering diguyur hujan. 18 Desember 2011. Ada 3 undangan nikah dalam minggu ini. Yang satu di Punggur, 2 yang lain di Siantan. 2 diantara 3 teman lama. Teman-teman yang kukenal saat aku masih SMP. Yang 1 lagi, kenalan 2 temanku.
Jalan setelah pertigaan Punggur, masih jalan tanah. Kalau hujan, medannya cukup berat. Tapi setelah nego-nego, kami tetap berangkat. Karena hujan belum lebat.  
Jam 2 aku turun dari kosku di Gang Atlas. Dari hari masih terang sampai gelap setelah shalat magrib, kami baru sampai di Siantan. Saat baru mau masuk ke resepsi Bang Nurhasan, hujan turun lagi. Tidak lebat memang. Menghadiri undangan kali ini, terasa seperti reuni dengan teman-teman lama yang sudah hampir 8 tahun tidak ketemu.
Sambil menikmati hidangan, kami sambil bercengkrama. Flash back ke masa 10 tahun yang sudah sama-sama kami tinggalakan. Dimana saat itu, pasangan pengantin ini masih baru merajut kasih.
Setelah makan, kami masih harus ke 1 undangan lagi. Padahal sudah hampir lewat jam 7 saat itu. Hujan masuh terus mengguyur dan mulai deras. Semula kami berniat langsung pulang. Tapi 1 teman berkuat untuk tetap hadir.
Aku dan yang lainpun mengalah. Meskipun, badan sudah terasa lelah. Jilbab dan baju sudah terasa basah. Saat baru sampai di tempat resepsi ketiga, pet. Lampu padam. Lengkaplah dramatis menghadiri undangan kali ini.
Diresepsi kali ini aku juga bertemu teman saat kuliah dulu. Kami satu angkatan. Hanya lain program studi. Dia nampak agak terkejut melihat keberadaanku.


Jumat, 27 Januari 2012

Kau Harus Tahu



Ditulis: Ambaryani
Kau harus tahu, aku sangat menyesal saat itu
Karena tak bisa ada bersamamu
Disaat kau melewati detik-detik penting dalam hidupmu
Ketahuilah, Aku sangat ingin berjumpa denganmu
Selamat jalan, semoga Tuhan memberimu kedamaian

Kaki Kecil


Ditulis: Ambaryani, RMP, 19 Mei 2011

Enam pasang kaki kecil meniti perjalanan
Angin mengombang-ambingkan langkah mereka
Langkah yang sudah gontai, kian terseok
Kemudian mereka menemukan satu pijakan
Mereka cengkramkan kaki kecil itu erat-erat
Tapi, mereka tak bisa melawan kencangnya tiupan angin
Kaki kecil tak bisa lebih lama berada dipijakan itu
Kemudian mereka mengepakkan sayap kembali
Melanjutkan perjalanan yang maasih begitu panjang
Perjalanan yang membuat mereka mengingalkan sarang
Tapi mereka tak pernah lupa jalan pulang